Terkuak Alasan Perusahaan Hary Tanoe Batal Merger-IPO di AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar mengejutkan datang dari konglomerasi Grup MNC yang dikendalikan pengusaha nasional, Hary Tanoesoedibjo (Hary Tanoe) berkaitan dengan rencana anak usahanya di Bursa Nasdaq, Amerika Serikat (AS).

Manajemen PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV), anak usaha Grup MNC, menjelaskan bahwa rencana transaksi merger anak usahanya yakni PT Asia Vision Network (AVN) dengan Malacca Straits Acquisition Company Limited (MLAC) dipastikan tidak berlanjut.

MLAC adalah perusahaan cek kosong atau Special Purpose Acquisition Company (SPAC) yang tercatat di Bursa Nasdaq AS dengan kode saham MLAC.


Padahal sebelumnya kedua perusahaan telah sepakat menandatangani perjanjian mengenai rencana merger tersebut.

Dalam keterangan resmi IPTV, disebutkan dengan merger ini, bahkan diperkirakan nilai proforma perusahaan akan mencapai sebesar US$ 573 juta atau setara dengan Rp 8,02 triliun dengan asumsi kurs rata-rata Rp 14.000 per US$.

Pengumuman pembatalan transaksi ini dilakukan di situs BEI pada Jumat malam pukul 23.51 WIB, setelah pasar saham tutup. Data BEI mencatat, saham IPTV stagnan di Rp 262/saham dengan nilai transaksi Rp 9,44 miliar. Sepekan saham ini stagnan dan sebulan terakhir naik 3,9% dengan kapitalisasi pasar Rp 11,06 triliun.

Sekretaris Perusahaan IPTV Muharzi Hasril menjelaskan alasan di balik keputusan tersebut. Dia mengatakan proses transaksi merger keduanya sebetulnya digodok sejak semester kedua tahun 2020 dan pada saat itu transaksi SPAC masih sangat diminati investor di Bursa Nasdaq.

Akan tetapi, memasuki tahun 2021, terjadi banyak sekali transaksi SPAC di Nasdaq.

Dengan demikian, kondisi itu berpengaruh terhadap valuasi karena SPAC menjadi overcrowded, termasuk berakibat pada harga saham MLAC yang tetap berada di bawah nilai nominal US$ 10/saham.

"Setelah melalui penjajakan berbagai roadshow, MLAC dan AVN akhirnya sepakat untuk tidak melanjutkan transaksi [merger]," katanya, dalam surat jawaban kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Sabtu (18/9).

"Hal lain yang melatarbelakangi keputusan di atas adalah makin bergairahnya investor di BEI terhadap perusahaan yang bergerak di bidang digital termasuk fokus bisnis AVN," kata Muharzi.

Surat itu menjawab pertanyaan BEI mengenai status terkini pengajuan draft Laporan Registrasi kepada U.S. Securities and Exchange Commision (US SEC, OJK-nya AS).

BEI juga mempertanyakan status terkini pemenuhan closing conditions lainnya untuk penyelesaian transaksi sehubungan dengan surat BEI No. S06554/BEI.PP2/09-2021 perihal Permintaan Penjelasan Bursa, yang diterima pada 10 September 2021.

Pada 23 Maret 2021, manajemen IPTV dari Grup MNC yang dikendalikan taipan Indonesia, Hary Tanoesoedibjo (Hary Tanoe) memberikan pernyataan resmi bahwa anak usahanya, AVN melakukan penggabungan usaha atau merger dengan MLAC.

Dalam keterangan resmi IPTV, disebutkan dengan merger ini, diperkirakan nilai proforma perusahaan akan mencapai sebesar US$ 573 juta atau setara dengan Rp 8,02 triliun.

Adapun target merger diharapkan dapat terealisasi pada kuartal kedua atau ketiga di tahun ini.

"Nilai transaksi perusahaan gabungan sebesar US$ 573 juta setara 5,8 kali EBITDA [laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi], lebih menarik jika dibandingkan perusahaan sejenis di industri," tulis IPTV, dikutip Selasa (23/3/2021)

IPTV menyebutkan, saat ini, AVN sebagai induk usaha dari Vision+ menjalankan bisnis utama di bisnis media over the top (OTT) dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.

Dengan penetrasi media OTT saat ini yang baru mencapai 2%, AVN secara strategis ditempatkan pada siklus pertumbuhan di tahap awal. Hal ini juga ditopang oleh populasi penduduk Indonesia yang terbesar keempat di dunia dengan PDB lebih dari US$ 1 triliun dan populasi rata-rata berusia 31 tahun.

Saat ini, posisi pasar utama MNC Media mencapai 50% pangsa pemirsa nasional pada siaran Free-to-Air. termasuk 53,5% pada sabuk Prime-Time, lebih dari 8 juta pelanggan TV berbayar, lebih dari 73 juta pengguna aktif Portal Berita bulanan, dan 217 juta pelanggan/pengikut Media Sosial, menyediakan platform luar biasa untuk cross-selling dan memberikan penawaran unik dan menarik untuk AVN.

Setelah merger, AVN bekerjasama dengan Malacca Straits dengan maksud untuk mendaftarkan AVN di Bursa Nasdaq.

Dengan mencatatkan saham di Nasdaq, maka akan memberikan akses investor global ke OTT tercepat dan bisnis streaming di Indonesia, di mana investor akan menghargai profil pertumbuhan AVN.

"Kombinasi bisnis tersebut akan menghasilkan sekitar US$ 135 juta dari hasil bersih ke neraca AVN," kata Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo.


[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)

0 Response to "Terkuak Alasan Perusahaan Hary Tanoe Batal Merger-IPO di AS"

Post a Comment